Ciri-ciri Bioteknologi Konvensional, Salah Satunya Menggunakan Prinsip Fermentasi
MediaBagi.com. Berikut ini adalah ulasan mengenai ciri-ciri bioteknologi konvensional. Bioteknologi konvensional merupakan cabang bioteknologi yang memanfaatkan organisme secara langsung untuk menghasilkan produk dan jasa yang dapat bermanfaat bagi manusia dan lingkungan.
Bioteknologi konvensional adalah bioteknologi yang memanfaatkan langsung mikroorganisme, seperti bakteri atau jamur. Kemudian, enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme dan terlibat dalam fermentasi (proses peragian) untuk menciptakan produk atau jasa juga termasuk dalam bioteknologi konvensional.
Bioteknologi konvensional memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan bioteknologi modern. Ciri-ciri bioteknologi konvensional ini bisa dilihat antara lain dari teknik yang dipakai, alat yang digunakan, dan juga skala produknya.
Berikut adalah ciri-ciri bioteknologi konvensional selengkapnya.

1. Menggunakan cara yang sederhana
Proses bioteknologi konvensional cukup sederhana dan cenderung tradisional. Cara mengolah bahan-bahan cukup mudah dan tidak terlalu rumit, sehingga dapat dihasilkan produk dan jasa untuk kepentingan hidup manusia.
2. Menggunakan alat tradisional
Pengolahan produk pada bioteknologi konvensional umumnya menggunakan alat-alat sederhana yang mudah ditemui sehari-hari. Karena menggunakan alat tradisional, maka proses bioteknologi konvensional dapat dilakukan dengan mudah, tanpa melibatkan peralatan yang canggih dan modern.
3. Tidak memerlukan keahlian khusus
Proses pembuatan produk dan jasa dengan bioteknologi tradisional, tidak membutuhan keahlian khusus dan dilakukan dengan cara-cara sederhana.
Misalnya pada pembuatan tape singkong, cukup dengan menaburkan ragi pada permukaan singkong yang sudah direbus, kemudian didiamkan selama 2 -3 hari.
Baca : Contoh Bioteknologi Konvensional dalam Pengolahan Makanan
4. Melibatkan mikroorganisme secara langsung dan utuh
Proses bioteknologi konvensional sangat bergantung pada peran mikroorganisme. Di dalam prosesnya, bioteknologi konvensional memanfaatkan secara langsung dan utuh mikroorganisme, seperti bakteri atau jamur.
Selanjutnya, enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme akan terlibat dalam fermentasi (proses peragian) untuk menciptakan produk atau jasa.
5. Menggunakan prinsip fermentasi
Prinsip utama dari bioteknologi konvensional adalah fermentasi. Fermentasi merupakan proses yang menghasilkan energi untuk memecah senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana, dalam keadaan minim atau tanpa oksigen.
Dengan melakukan proses fermentasi, akan terjadi perubahan sifat substrat dan senyawa kompleks terpecah menjadi senyawa yang lebih sederhana.
Selain itu, fermentasi juga menghasilkan senyawa asam dan gas. Perubahan sifat dan senyawa baru inilah yang merupakan hasil dari proses bioteknologi konvensional.
6. Proses biokimia dan genetik terjadi secara alami
Di dalam proses bioteknologi konvensional, tidak ada manipulasi genetik yang terjadi. Proses biokimia dan genetik pada bioteknologi konvsensional terjadi secara alami.
Misalnya pada pembuatan yoghurt. Fermentasi yogurt terjadi secara alami, melalui penguraian laktosa (gula susu) oleh bakteri Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophilus menjadi asam laktat. Proses ini menghasilkan yogurt yang memiliki rasa asam dan tekstur kental.
7. Skala produksi umumnya lebih kecil
Ciri bioteknologi konvensional lainnya adalah skala produksinya yang relatif lebih kecil dari bioteknologi modern.
Karena prosesnya bergantung pada proses fermentasi dan bantuan dari mikroorganisme, maka skala produksi dari bioteknologi konvensional umumnya tidak dapat dilakukan secara massal.
Demikian ulasan mengenai ciri-ciri bioteknologi konvensional. Semoga bermanfaat.***