Tradisi Unik Menyambut Hari Raya Idul Fitri di Bali
MediaBagi.com. Indonesia terdiri dari beragam suku dan daerah. Setiap daerah tersebut memiliki tradisi menyambut lebaran yang berbeda-beda, termasuk masyarakat Bali.
Umat Muslim di Bali memiliki tradisi menyambut lebaran Idul Fitri yang mencerminkan akulturasi dan sikap toleransi umat beragama di pulau Bali.
Umat Hindu merupakan penganut mayoritas paling banyak di Bali. Meskipun masyarakat Muslim merupakan minoritas pada daerah ini, akan tetapi suasana Idul Fitri di Bali tetap terasa dan berlangsung khidmat.
Baca : 6 Kuliner Khas Idul Fitri di Indonesia dan Resepnya
Umat Muslim dan umat Hindu di Bali saling hidup rukun dalam melestarikan tradisi menyambut hari raya Idul Fitri.
Tradisi Unik Menyambut Hari Raya Idul Fitri di Bali

Terdapat dua jenis tradisi unik menyambut Idul Fitri di Bali, yaitu tradisi Ngejot dan tradisi Pegayaman. Kedua tradisi tersebut sampai sekarang masih dilestarikan dan selaky dihadirkan dalam menyambut hari raya Idul Fitri di Bali.
1. Ngejot
Ngejot adalah tradisi memberikan makanan khas lebaran kepada sanak saudara dan tetangga, baik Muslim atau non-Muslim, sebagai rasa syukur dan terimakasih.
Tradisi Ngejot sebenarnya secara umum merupakan tradisi umat Hindu saat merayakan Hari Besar agamanya. Selain untuk saling berbagi, tradisi ini juga sebagai bentuk ucapan terimakasih pada para tetangga.
Ketika Hari raya umat Hindu, tradisi Ngejot ini biasanya dilakukan dengan cara memberikan nasi campur, urap, dan hidangan khas babi untuk para tetangga terdekat.
Akan tetapi, bagi umat Muslim yang merayakan Idul Fitri, hidangan tradisi Ngejot ini berbeda dengan hari raya umat Hindu. Umat Muslim Bali akan memberikan menu lebaran seperti, opor ayam. Makanan ini dibagikan selain dengan sesama umat Muslim juga untuk non-Muslim.
Tradisi Ngejot adalah simbol keharmonisan umat beragama di Bali. Meski agama yang dianut berbeda, masyarakat setempat saling menghargai dengan menjalankan tradisi ini.
Tradisi Ngejot terus dilestarikan sebagai simbol kerukunan antar umat beragama sehingga tetap hidup berdampingan dan harmonis. Tradisi ini juga sebagai simbol kemesraan dan tali persaudaraan antara umat Hindu dan umat Islam di Bali.
2. Penapean
Pegayaman merupakan sebuah desa, yang berada di Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng Bali. Warga muslim Pegayaman, Bali tetap mempertahankan tradisi Penapean, Penyajaan dan Penampahan jelang Hari Raya Idul Fitri.
Tradisi Penapean bagi umat Muslim Desa Pegayaman merupakan bagian dari peninggalan warisan budaya para leluhur secara turun temurun.
Tradisi ini biasanya melibatkan ibu-ibu warga Bali untuk membuat masakan makanan lebaran pada salah satu rumah warga.
Baca : 6 Tradisi Unik Menyambut Idul Fitri di Aceh
Hari Penapean adalah hari bahwa warga Muslim Bali Desa Pegayaman akan membuat makanan jenis tape ketan, untuk menyambut hari Raya Idul Fitri. Tape ketan yang dibuat ibu-ibu ini biasanya tepatnya tiga hari menjelang Idul Fitri.
Setelah hari Penapean, berikutnya, yaitu hari Penyajaan. Penyajaan adalah kegiatan membuat jajan uli. Sedangkan untuk jajanan lainnya yang biasa ada, antara lain dodol, kariadem, dan beberapa jajan lainnya.
Masakan tersebut biasanya di masak bersama keluarga sejak sehari sebelum lebaran. Jajanan uli ini biasanya masyarakat Bali nikmati bersama tape uli saat hari lebaran, dan merupakan makanan khas saat lebaran.
Hari Panapean, merupakan sehari jelang Idul Fitri. Hari ini warga Muslim Bali memotong hewan dan mengolah daging sapi yang disebut Hari Penampahan.
Tradisi-tradisi tersebut tidak jauh berbeda dengan tradisi adat yang umat Hindu Bali menjelang Hari raya Galungan. Akan tetapi tradisi penapean penyajaan dan penampahan umat Islam wilayah Desa Pegayaman tetap mengedepankan aturan sesuai syariat dalam Agama Islam.
Demikian tradisi unik menyambut Idul Fitri di Bali. Semoga bermanfaat.***