8 Tradisi Menyambut Ramadan di Indonesia

MediaBagi.com. Ramadan menjadi bulan yang ditunggu-tunggu oleh seluruh umat muslim di dunia, tidak terkecuali umat muslim yang ada di Indonesia.

Ramadan dianggap sebagai bulan suci dalam agama Islam. Bulan Ramadan menjadi momentum yang tepat bagi umat Islam untuk membersihkan diri dari segala dosa yang melekat Ramadan juga bulan penuh ampunan, rahmat dan keridhaan, dimana didalamnya terdapat Lailatul Qadar yang lebih baik daripada seribu bulan.

Kegembiraan menyambut Ramadan merupakan cerminan ketakwaaan yang ada dalam hati umat Muslim. Kegembiraan menyambut Ramadan ini oleh umat Muslim di Indonesia diwujudkan dalam beberapa tradisi yang unik.

Tradisi Menyambut Ramadan di Indonesia
Tradisi Menyambut Ramadan di Indonesia

Masyarakat Indonesia merupakan Masyarakat yang terdiri dari berbagai suku dan budaya.  Di dalam menyambut bulan suci Ramadan, biasanya umat muslim dari berbagai daerah di Indonesia memiliki berbagai tradisi yang telah dilakukan secara turun-temurun. Tradisi tersebut merupakan bentuk rasa syukur dan suka cita dalam menyambut bulan Ramadan.

Berikut ini adalah 8 tradisi menyambut Ramadan di Indonesia untuk Anda ketahui.

1. Padusan, Yogyakarta

Padusan
Padusan

Tradisi menyambut Ramadan yang dilakukan oleh penduduk di daerah Yogyakarta dan Jawa Tengah adalah Padusan. Kata Padusan berasal dari kata “adus” yang berarti mandi.

Padusan memiliki makna untuk menyucikan diri dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadan. Padusan dilakukan sebagai bentuk penyucian diri, sekaligus membersihkan jiwa dan raga dalam menyambut kedatangan bulan suci Ramadan.

Padusan juga bisa diartikan sebagai momen untuk merenung dan intropeksi diri atas kesalahan yang pernah diperbuat. Dengan demikian, umat Islam bisa menjalankan ibadah dalam kondisi suci lahir dan batin..

Tradisi Padusan ini dilakukan secara turun temurun dengan cara berendam atau mandi di sumur-sumur atau sumber mata air.  Beberapa sumber mata air alami di Jawa Tengah dan DI Yogyakarta kerap menjadi lokasi ritual padusan.

2. Suru Maca, Sulawesi Selatan

Suru Maca
Suru Maca

Umat Muslim di Sulawesi Selatan, khususnya suku Bugis, Makasar, memiliki tradisi unik dalam menyambut Ramadan, yaitu Suru Maca.

Suru maca sendiri artinya membaca doa bersama untuk dikirimkan pada leluhur yang telah meninggalkan kehidupan lebih dulu. Di dalam kesempatan yang sama, berbagai masakan khas Bugis juga tersedia untuk disantap bersama.

3. Nyorog, Betawi

Nyorog
Nyorog

Masyarakat asli Jakarta atau suku Betawi memiliki tradisi menyambut Ramadan yang masih dilestarikan sampai sekarang, yaitu Nyorog.

Tradisi ini dilakukan dengan berbagi bingkisan makanan ke sanak saudara dan keluarga yang tinggal berjauhan. Bingkisan makanan yang dikirimkan dapat berupa kue atau berbagai bahan makanan mentah.

Tradisi Nyorog tidak hanya sekadar kegiatan berkirim makanan saja. Tradisi menyambut Ramadan ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan, sekaligus menjalin silaturahmi guna mempererat tali persaudaraan antar sesama.

Tradisi ini juga dilakukan sebagai tanda penghormatan dari orang yang lebih muda ke orang yang lebih tua.

4. Meugang, Aceh

Meugang
Meugang

Meugang adalah tradisi yang dilakukan oleh umat Muslim di Aceh dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadan. Tradisi ini mulai muncul bersamaan dengan penyebaran agama Islam di Aceh, sekitar abad ke-14.

Tradisi Meugang diisi dengan kegiatan memasak daging sapi, kambing, atau kerbau sehari sebelum bulan Ramadan. Olahan daging tersebut disantap bersama dengan seluruh anggota keluarga, kerabat, atau yatim piatu.

Selain dilakukan saat menyambut Ramadan, tradisi Meugang juga dilaksanakan saat menyambut Iduladha dan Idulfitri.

5. Mattunu Solong, Sulawesi Barat

Mattunu Solong
Mattunu Solong

Di daerah Sulawesi Barat ada tradisi turun temurun yang dilakukan umat Muslim di sana untuk menyambut bulan Ramadan. Tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Polewali Mandar, Sulawesi Barat. ini disebut Mattunu Solong.

Tradisi menyambut Ramadan ini dilakukan dengan menyalakan pelita tradisional yang terbuat dari buah kemiri dan ditumpuk dengan kapuk, lalu dililitkan pada potongan bambu. Pelita tersebut ditempel di pagar, halaman, anak tangga, pintu masuk, hingga dapur.

Menurut kepercayaan, tradisi Mattunu Solong bertujuan mendapatkan keberkahan dari Sang Pencipta dalam menyambut bulan suci Ramadan.

Selain itu, tradisi ini juga dilakukan sebagai permohonan kepada Tuhan yang Maha Esa agar senantiasa memberikan kesehatan dan umur panjang, sehingga bisa menunaikan ibadah puasa dengan lancar.

6. Punggahan, Jawa Tengah

Punggahan
Punggahan

Punggahan adalah salah satu tradisi menyambut Ramadan oleh sebagian penduduk di daerah Jawa tengah. Biasanya, tradisi Punggahan ini dilakukan seminggu sebelum bulan puasa Ramadan tiba.

Di dalam pelaksanaannya, Punggahan biasanya dilakukan dalam bentuk makan-makan bersama di masjid. musala, atau tempat tertentu yang diiringi rangkaian tahlil dan doa.

Punggahan berasal dari bahasa Jawa, yaitu “munggah” yang artinya (naik).  Sedangkan kata “munggahan” dalam KBBI adalah tradisi berkumpul dan makan bersama dengan keluarga atau teman untuk menyambut bulan Ramadan.

Kata “munggahan” menurut bahasa Jawa, memiliki arti naik, yaitu menaikkan puasa, atau naik dari bulan Sya’ban menuju bulan Ramadan yang mulia.

Makna naik ke bulan Ramadan mengindikasikan bahwa bulan tersebut adalah puncak dari bulan yang mulia sebelumnya, yaitu Rajab dan Sya’ban.

Baca : Mengenal Tradisi Punggahan, Budaya Nusantara Menyambut Bulan Suci Ramadan

7. Malamang, Sumatera

Malamang
Malamang

Tradisi menyambut Ramadan di Indonesia selanjutnya adalah Malamang. Tradisi ini dilaksanakan oleh masyarakat Sumatera Barat.

Malamang sendiri berarti memasang lemang, yang terbuat dari beras ketan putih dan santan yang dimasukkan ke dalam bambu. Selain untuk menyambut bulan Ramadan, lemang juga menjadi simbol diselenggarakannya Maulid Nabi. Berbagai sumber menyebutkan bahwa tradisi ini dibawa oleh Syekh Burhanuddin, pembawa ajaran Islam di daerah Minangkabau.

8. Nyadran, Jawa Tengah

Nyadran
Nyadran

Nyadran merupakan  ritual masyarakat Jawa, khususnya Jawa Tengah, dalam menyambut Ramadan. Nyadran berasal dari bahasa Sanskerta “sraddha” yang berarti keyakinan.

Nyadran dilakukan dengan membersihkan makam leluhur, tabur bunga, dan kenduri. Namun, tidak seperti tradisi lainnya yang dilakukan beberapa hari jelang Ramadan, Nyadran dilakukan pada setiap hari ke-10 bulan Rajab atau saat datangnya bulan Syaban.

Setelah berziarah dan mengirimkan doa, masyarakat menggelar kenduri atau makan bersama di sepanjang jalan di atas pelepah daun pisang.

Demikian 8 tradisi menyambut Ramadan di Indonesia. Selamat menyambut datangnya bulan Ramadan yang penuh berkah.***

MediaBagi.com

Tinggalkan Balasan