Panduan Kurikulum Berbasis Cinta
MediaBagi.com. Berikut ini adalah Panduan Kurikulum Berbasis Cinta. Panduan Kurikulum Berbasis Cinta ditetapkan melalui Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam (Kepdirjen Pendis) Kementerian Agama Nomor 6077 Tahun 2025 tentang Panduan Kurikulum Berbasis Cinta.
Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam tentang Panduan Kurikulum Berbasis Cinta diterbitkan dalam rangka memperkuat nilai-nilai kebhinekaan dan meningkatkan kualitas pendidikan di Madrasah. Panduan Kurikulum Berbasis Cinta diterbitkan untuk mengatur pembentukan karakter anak bangsa dan menciptakan lingkungan yang harmonis.
Panduan Kurikulum Berbasis Cinta ini sebagai acuan dalam pelaksanaan pembelajaran bagi madrasah yang diselenggarakan oleh pemerintah dan madrasah yang diselenggarakan oleh masyarakat.
Maksud dan Tujuan Penyusunan Panduan
Panduan ini disusun dengan maksud memberikan pedoman yang jelas dan sistematis dalam mengimplementasikan kurikulum yang berbasis pada nilai-nilai cinta di madrasah.
Sementara itu, tujuan dari panduan Kurikulum Cinta ini sebagai berikut.
1. Memberikan pemahaman tentang pentingnya menanamkan nilai-nilai cinta dalam pendidikan di madrasah.
2. Menyediakan strategi dan langkah-langkah konkret dalam mengimplementasikan Kurikulum Berbasis Cinta di madrasah.
3. Membantu guru dan segenap pemangku kepentingan di madrasah dalam mengintegrasikan nilai-nilai cinta dalam proses pembelajaran dan interaksi di madrasah.

Pengguna Panduan
Pengguna panduan Kurikulum Berbasis Cinta ini adalah seluruh madrasah, baik yang berada di tingkat Raudhatul Athfal (RA), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), maupun Madrasah Aliyah (MA). Panduan ini juga ditujukan untuk guru, pengelola, dan pihak terkait yang terlibat dalam pendidikan di madrasah (Kantor Kementerian Agama Wilayah Provinsi, Kabupaten/Kota, pengawas madrasah, atau komite madrasah/masyarakat).
Ruang Lingkup
Panduan Kurikulum Berbasis Cinta ini disusun dengan alur Appreciative Inquiry yang terdiri dari empat langkah yang disingkat menjadi 4D. Appreciative Inquiry (AI) adalah sebuah pendekatan manajemen perubahan yang berfokus pada kekuatan, keberhasilan, dan potensi terbaik yang dimiliki. Dengan alur ini pula pembaca dapat memahami panduan ini secara sistematis dan koheren (padu).
1. Discovery (Penemuan): Fase “Discovery” ini berfokus pada eksplorasi dan pemahaman mendalam terhadap konsep dan makna cinta. Ini adalah fondasi untuk memahami mengapa KBC relevan dan bagaimana ia bisa menjadi solusi.
a. Konsep Cinta dalam Beragam Agama: Bagian ini menyelami bagaimana berbagai tradisi spiritual dan agama di dunia mendefinisikan dan mempraktikkan cinta. Ini mencakup cinta ilahi, cinta sesama manusia, cinta diri, dan cinta terhadap alam. Tujuannya adalah menemukan benang merah universal dari kasih sayang yang melintasi batas-batas keyakinan, menunjukkan bahwa cinta adalah inti dari banyak ajaran spiritual.
b. Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi KBC: Ini adalah kerangka filosofis untuk menganalisis KBC secara mendalam.
c. KBC sebagai Jawaban Masalah Kemanusiaan: Bagian ini menampilkan berbagai tantangan global yang esensial. Uraian ini memberikan kesimpulan implisit bahwa KBC merupakan salah satu solusi yang tepat untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.
2. Dream (Impian): Fase “Dream” adalah tentang merumuskan visi dan tujuan jangka panjang dari implementasi KBC. Ini adalah tentang membayangkan dunia yang transformatif melalui lensa cinta.
a. Tujuan KBC: Merumuskan secara jelas apa yang ingin dicapai melalui KBC. Ini bisa mencakup penciptaan masyarakat yang lebih damai, inklusif, berkelanjutan, atau individu yang lebih berempati dan bijaksana. Tujuan ini harus spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan terikat waktu (SMART).
b. Pergeseran Paradigma menuju Paradigma KBC: Membahas perubahan mendasar dalam cara berpikir dan memandang dunia. Ini berarti bergeser dari paradigma yang mungkin didominasi oleh individualisme, kompetisi, atau ketakutan menuju paradigma yang berpusat pada koneksi, kolaborasi, empati, dan belas kasih sebagai nilai inti.
c. Perubahan Sistemik KBC: Menjelaskan bagaimana KBC tidak hanya memengaruhi individu, tetapi juga menyebabkan transformasi pada struktur, institusi, dan sistem yang lebih besar dalam masyarakat. Ini bisa berarti perubahan dalam kebijakan publik, praktik organisasi, atau norma budaya untuk mencerminkan prinsip-prinsip cinta.
3. Design (Desain): Fase “Design” adalah tentang merancang elemen-elemen praktis dan metodologis untuk mewujudkan visi KBC. Ini adalah cetak biru untuk implementasi.
a. Definisi dan Komponen KBC: Memberikan definisi operasional yang jelas tentang KBC dan menguraikan komponen-komponen utamanya. Apa saja elemen-elemen kunci yang membentuk KBC? Ini bisa berupa sikap, perilaku, nilai, atau praktik tertentu.
b. Prinsip Metode KBC: Mengidentifikasi prinsip-prinsip dasar yang akan memandu penerapan KBC. Misalnya, prinsip inklusivitas, non-
kekerasan, dialog, atau pemberdayaan. Prinsip-prinsip ini menjadi pedoman dalam merancang semua intervensi.
c. Topik KBC: Menentukan area fokus atau tema utama yang akan menjadi inti dari pengajaran atau praktik KBC.
d. Contoh Implementasi KBC: Memberikan ilustrasi konkret tentang cara mengimplementasikan KBC di madrasah, baik untuk murid, orang tua, guru dan tenaga kependidikan, serta kepala madrasah.
e. Desain Training KBC: Menguraikan struktur dan konten program pelatihan untuk mengajarkan dan menanamkan prinsip-prinsip KBC. Ini termasuk tujuan pembelajaran, durasi, format, dan metode pengajaran.
f. Modul dan Media: Mengembangkan materi pembelajaran (modul) dan alat bantu (media) yang akan digunakan dalam pelatihan atau diseminasi KBC. Ini bisa berupa buku panduan, video, lembar kerja, presentasi, atau platform online.
4. Destiny (Dampak): Fase “Destiny” adalah tentang merencanakan bagaimana mengukur dampak, menyebarkan KBC, dan memastikan keberlanjutannya. Ini adalah tentang melihat ke depan dan mengukir warisan.
a. Theory of Change (Teori Perubahan): Menjelaskan secara logis bagaimana dan mengapa intervensi KBC diharapkan menghasilkan perubahan yang diinginkan. Ini memetakan hubungan antara aktivitas KBC, keluaran, hasil jangka pendek, menengah, dan jangka panjang.
b. Alur Program: Menguraikan langkah-langkah sekuensial dan interaksi antarkomponen dalam pelaksanaan program KBC dari awal hingga akhir.
c. Tahapan dan Jenjang Diseminasi: Merencanakan bagaimana KBC akan disebarkan dan diskalakan, mulai dari skala kecil (individu/keluarga) hingga skala yang lebih besar (komunitas, nasional, global). Ini bisa mencakup strategi kemitraan, pelatihan pelatih, atau kampanye publik.
d. Pengukuran Hasil dan Dampak: Menentukan indikator-indikator kuantitatif dan kualitatif untuk menilai efektivitas KBC. Bagaimana kita tahu KBC berhasil? Ini mencakup metode pengumpulan data, analisis, dan pelaporan untuk menunjukkan perubahan yang terjadi sebagai hasil dari implementasi KBC.
Pengertian Umum
Kurikulum Berbasis Cinta adalah sebuah kurikulum yang dirancang dengan menitikberatkan pada pengembangan karakter, pembelajaran berbasis pengalaman, serta perhatian mendalam terhadap aspek sosial dan emosional dalam pendidikan.
Kurikulum ini bertujuan untuk melahirkan insan yang humanis, nasionalis, naturalis, toleran, dan selalu mengedepankan cinta sebagai
prinsip dasar dalam kehidupan.
Cara Penggunaan Panduan
Panduan Kurikulum Berbasis Cinta ini diharapkan dapat membantu madrasah dalam mengimplementasikan Kurikulum Berbasis Cinta di madrasah. Akan tetapi, semua hal yang ditulis dalam panduan ini bukan merupakan ketentuan yang mutlak (baku).
Madrasah dapat memodifikasi, mengembangkan, berinovasi, serta menyesuaikan dengan kondisi yang ada. Semua aspek dan indikator yang tercantum dalam panduan ini bersifat “CONTOH”. Setiap madrasah dapat menambah atau menjabarkan indikator-indikator tersebut sesuai dengan kebutuhan.
Untuk memudahkan dalam pelaksanaan, madrasah dapat memulai dari hal-hal yang sederhana, mudah, dan mendasar, selanjutnya secara bertahap terus ditingkatkan.
Panduan Kurikulum Berbasis Cinta selengkapnya dapat di unduh pada tautan ini.***